Pendamping adalah tentang mendampingi yang
berarti mengerti, melayani dan menjadi pelengkap serta penguat.
Demikianlah peran penting seorang wanita dalam perannya sebagai istri.
Tidak mudah memang, karena disisi lain seorang istri adalah juga seorang
manusia, yang memiliki keinginan, harapan dan kebutuhan pribadi. Namun
dalam rangka perannya dalam menjadi seorang istri yang harus
bersinggungan dengan sesosok manusia yang ditakdirkan menjadi
pemimpinnya, akhirnya terkadang hal ini memicu perselisihan. Hal ini
dikarenakan, sang pemimpin atau suami, nyatanya juga memiliki sepaket
sifat kemanusiaan sama seperti dirinya. Tapi poin tambahannya adalah,
pemimpin ini memiliki hak kepemimpinan atas diri wanita tersebut. Memang
tidaklah mudah menghadapi kenyatan bagi sang wanita, bahwa dia harus
menerima dirinya adalah seseorang yang harus dipimpin. apalagi jika
ditambah ternyata sang istri ini adalah dibakati oleh sifat yang tidak
mau kalah.
Tapi.., Bukankah pernikahan bukanlah
tentang kalah dan menang, walaupun perannya adalah sebagai pemimpin
ataupun yang dipimpin. Pernikahan adalah ladang amal yang dimana jikapun
salah satu pihak harus mengalah demi kebaikan dan kedamaian semua,
namun percayalah, tidak akan tersia- sia semua usaha itu. Kebesaran jiwa
kita justru akan diuji, dan kualitas dari sebuah hati akan meningkat
menuju yang lebih termuliakan.
Memanglah
jika ego sudah turut campur dalam penyelesaian sebuah masalah, maka
tinggallah menunggu saat kehancuran sebuah rumah tangga.
Ya, itu hanya soal waktu saja. Maka,
cobalah rendahkan suara sejenak, dan lembutkan hati yang menggebu penuh
emosi, kemudian sadarilah. Sebenarnya untuk apa anda menikah? apakah
hanya sekedar untuk menghabiskan waktu dalam pertengkaran tanpa ujung,
atau ladang perealisasian besarnya ego anda untuk menindas seseorang
yang kemudian mau mengikuti dan membenarkan apapun langkah dan kemauan
anda. Ataukah untuk beribadah kepada Allah?. Jika memang jawaban anda
adalah menikah bertujuan untuk ibadah, maka tanyalah pada diri sendiri
tentang sebuah pertanyaan, apakah ada ajaran Allah yang memerintahkan
anda untuk menjadi `pemimpin` yang menindas dan menyakiti `rakyat`nya ?.
Dan atau jika anda adalah seorang istri, apakah ada perintah Allah yang
menganjurkan anda untuk durhaka kepada suami?
Maka
sadarilah, pernikahan adalah bukan untuk sebuah kesakitan, namun sarana
menuju sebuah melengkapi separuh jiwa anda yang terserak. Dan suami
anda adalah cerminan dari diri anda. Allah yang menyatukan sepasang
suami istri, jadi pastilah terkandung maksud Allah untuk membaikkan
kedua orang tersebut. Dan ini hanya berlaku bagi pribadi yang merasa
tahu diri dengan kekurangannya. Dan hal ini tidak berlaku bagi siapapun
yang tetap menganggap dirinya sebagai seseorang yang selalu benar. Allah
tahu ukuran kita, dan cara terbaik membaikkan diri kita, dan lewat
pasangan kita lah, kita belajar kebaikan dan cara terbaik membaikkan
diri kita.
Ketika ternyata sang
suami adalah seorang pemarah, maka disanalah anda dilatih oleh Allah
untuk menjadi pribadi yang sabar. Atau jika ternyata sang istri adalah
seorang yang susah diatur, maka disanalah skenario cantik Allah untuk
melatih anda menjadi sosok pemimpin yang bijak namun tegas. Mungkin
banyak dari kita yang tidak tahu kebaikan sebuah sifat yang baik, sampai
akhirnya Allah mengirim pasangan kita tersebut lengkap dengan apapun
kekurangan dan kelebihannya. Maka apapun dan bagaimanapun sikap dan
sifat pasangan anda sekarang ini, anda patutlah berterima kasih atas
pelajaran yang menjadikan anda lebih baik sekarang ini.
Dan
jika mungkin konflik itu telah menjadi bagian dari hari- hari anda,
karena susahnya pelepasan sebuah ego, kepentingan dan kesukaan masing-
masing, maka maafkanlah. Maafkanlah diri anda yang ternyata begitu
keras, lantas ikuti dengan action untuk melembutkan hati anda. Dan
maafkanlah pasangan anda, karena jika anda tidak belajar untuk
memaafkan, maka susah bagi anda untuk mengerti dan memahami kedalam
sebuah ikhlas. Ikhlas yang hanya karena Allah. Bukankah anda menikah
untuk tujuan beribadah kepada Allah?. Hindarilah konflik dengan pasangan
anda, namun bila akhirnya harus terjadi, maka indahkanlah. Indahkanlah
dengan kesadaran atas sebuah pembelajaran berharga yang terpetik
darinya. Ya, paling tidak satu lagi daftar kekurangan masing- masing
telah sama-sama terkuak dan terperbaiki. InsyaAllah.
0 komentar:
Posting Komentar