Sebelum dipertemukan dengan Alfas Hermansyah, Tegar hanyalah pengamen
cilik yang hidup serba kekurangan. Keluarganya yang sedianya mendukung
semua cita-cita Tegar, terhalang kondisi ekonomi yang cenderung
pas-pasan.
Seusai mengamen, Tegar berlabuh pada sebuah rumah
petak berukuran sekitar 4x6 meter. Di rumah itu,Tegar hidup bersama
kedua orang tua dan tiga orang adiknya yang masih kecil-kecil.
Ibunya adalah seorang pengamen di kereta api di kawasan
Stasiun Pegaden, sedangkan bapak tirinya hanyalah seorang buruh lepas.
Hidup dengan serba keterbatasan, Tegar tetap komitmen dalam menyanyi
dan menari. Semua dia pelajari secara autodidak. ”Saya sudah belajar
menyanyi dari usia empat tahun,”kata Tegar yang mulai menjadi pengamen
pada usia tujuh tahun itu.
Tegar tidak tahu seperti apa tangga
nada, atau bahkan notasi yang biasa dia nyanyikan. Tapi, insting seni
dalam menyanyi dan bermain musik membuat dia mampu bernyanyi. Menurut
Tegar, bakatnya dalam menyanyi bisa jadi diturunkan dari sang ibu yang
tak lain mantan sinden pada zamannya dulu. ”Ibu saya dulu seorang
sinden. Mungkin bakat itu turun dari ibu saya,” ucapnya.
Meski
begitu,Tegar mengaku sangat jarang diajari menyanyi oleh ibunya.Tapi
bagi dia, warisan seni yang tertanam dalam diri sangatlah cukup untuk
bekal kelak. Buktinya pada usianya yang belum mencapai 11 tahun,Tegar
telah menciptakan beberapa lagu.
Satu buah lagu di antaranya
berjudul "Temanku Ini Mabok Cinta", sebuah lagu yang agak berbau
dewasa, namun cukup friendly untuk seukuran pengamen jalanan di Subang.
Lagu ini juga yang membuat Tegar cukup dikenal masyarakat Indonesia.
Penampilannya yang di-upload di Youtube dengan keynote ”Tegar Si
Pengamen Subang” telah disaksikan lebih dari 13.000 viewer pada akhir
pekan kemarin. Rekor tertinggi terjadi pada minggu lalu, dari 8.000
viewer melonjak menjadi 13.000 dalam waktu sekitar empat hari.
Alfas Hermansyah, lelaki yang pertama kali mengikutkan Tegar pada
kompetisi XL, optimistis atas masa depan bocah cilik ini. Suaranya yang
merdu dan kemampuannya membuat lagu menjadi modal penting bagi dia
meniti masa depan.
”Hidup di jalanan dari usia tujuh sampai 11 tahun cukup membuat dia memiliki mental kuat,” ungkap dia.
Saat ini, Alfas sedang berusaha membuat album kompilasi yang berisi
lagulagu ciptaan Tegar dan lagu publik tanpa hak paten. Album tersebut
akan dikomersialkan untuk keperluan pendidikan Tegar dan menopang
ekonomi keluarganya.
”Bagaimana pun dia harus merasakan bangku
pendidikan. Syukur- syukur hasil penjualan album itu bisa membantu
ekonomi keluarganya,” ujar Alfas.
Rabu, 31 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar