Dada ini longar bila tanpa penyangga, dada ini akan terasa terhimpit bila tulang yang
ada tak mampu menopang desah nafas.
Itulah tulang rusuk, tulang rusuk suami ada pada istri dan istri sebagai penopang [Penyeimbang] kehidupan suami.
Jadi, Tak lantas Menuruti Amarah bila rusuk itu [Istri] kemudian susah untuk diluruskan.
Dan tak harus jenggah bila suami tak jua segera meluruskan.Yang dibutuhkan
adalah Saling mengerti, kesabaran dan saling memberi waktu untuk mengerti.
Itulah hakikat cinta sejati pasangan suami-istri dalam sebuah Pernikahan.
“Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Lalu Tuhan
mengambil rusuk dari Adam bagian dada sebelah kiri, dari yang paling bengkok.
dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang
dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati”.
Inilah sebuah cerita tentang penjelasan diatas.
Putra dan Putri duduk di ruang tamu pagi itu, meraka adalah pengantin
baru yang sedang diselimuti bunga-bunga cinta. Didalam tengah-tengah
percakapan, lalu Putri bertanya kepada Putra tentang Hubungan Mereka.
Putri : Putra, Aku mau Tanya sama kamu nih! Jawab Jujur ya ?!
Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini ?
Putra : Kamu dong saying ?
Putri : Menurut kamu, Aku ini siapa ?
Putra : [ Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti ] Kamu tulang rusukku!
Putri : [ Hanya terdiam atas jawaban Putra yang baru saja didengarnya ]
Setelah menikah, Putra dan Putri mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat.
Iya hanya sesa’at saja, karena pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan di pekerja’an masing-masing.
Dalam kepenatan Suasana hidup yang semakin mendera. Hidup mereka menjadi membosankan dan Hambar.
Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian
dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar yang dipicu karena persoalan
Yang sepele, semakin hari pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas.
Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran Putri lari keluar rumah.
Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak
“Kamu sekarang berubah!, kamu enggak cinta lagi sama Aku”
Putra yang mendengar perkata’an dari istrinya Putri, sangat membenci
sikap ketidak dewasaan dari seorang Putri, Wanita yang dicintainya yang
kini menjadi pendamping Hidupnya. Secara spontan balik berteriak dan
membalas triakan dari Putri yang berada diseberang jalan.
“Aku menyesal kita menikah!, Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”
Tiba-tiba Putri menjadi terdiam, berdiri terpaku untuk beberapa saat.
Ia menatap suaminya Putra, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Putra menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tumpah,
ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali.
Dengan berlinang air mata, Putri kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya,
bertekad untuk berpisah dengan Putra.
.
“Kalau aku bukan tulang rusukmu.., biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah untuk mencari pasangan sejati
masing-masing”.
Lima tahun berlalu setelah kejadian tersebut. Putra tidak menikah lagi,
tetapi berusaha untuk mencari tahu akan kehidupan Mantan Istrinya Putri.
Dari berita yang didapatnya, Putri pernah ke luar negeri, dan menikah
dengan orang asing dan sekarang telah bercerai, dan kini kembali ke kota
asalnya. Putra yang tahu semua informasi tentang Putri, merasa kecewa,
karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, dan Putri tak
menunggunya. Di tengah malam yang sunyi disaat Putra meminum secangkir
kopi yang dulu sering ia nikmati bersama Putri, ia merasakan ada yang
sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan
Putri mantan Istrinya.
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu Di Bandara, di tempat ketika
banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh
sebuah dinding pembatas yang terbuat dari kaca, mata mereka tak saling
mau lepas untuk memandang satu sama lainnya.
Putra : Hai, Apa kabar?
Putri : Baik, Hemmm..apakah kamu sudah menemukan tulang rusukmu yang hilang?
Putra : Belum.
Putri : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut, Dan akan kembali sekitar 2 minggu lagi
Putra : Telepon aku kalau kamu sempat, kamu tahu nomor telepon kita berdua tak akan ada yang berubah.
Putri : [ Sambil Tersenyum] Good Bye..
Seminggu kemudian setelah perjumpa'an dibandara itu Putra mendengar
Berita tentang Putri, dimana Putri mengalami kecelakaan, dan meninggal
dunia. Malam itu, sekali lagi Putra kembali merasakan sakit di dadanya.
Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu karena Putri, tulang rusuknya
sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Terkadang kita melampiaskan kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai, dan
akibatnya sering kali memperoleh akibat yang fatal”.
Senin, 22 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar