Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 22 Oktober 2012

Dialah Istriku, Dialah Bidadariku

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sangat sungguh megah.
Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati
hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.
Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun pengantin adat yang khas jawa.
sedangkan pengantin pria dengan busana ala pangeran kraton yang gagah.
Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka
benar-benar pasangan yang serasi dan saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, dalam sebuah malam yang indah sang istri
berkata kepada suaminya yang sedang asyik melihat acara di tv.
“Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah bagus, yang aku beli
tadi sepulang dari tempat kerja tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan,”
katanya sambil menyodorkan majalah tersebut kepada Suaminya.

“Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita.
Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut
dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia”. sambung sang istri.

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya
yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya.
mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama.
Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa saja
yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.




 Keesokan paginya ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. tentang catatan pengamatan masing-masing.
yang telah difikirkan pada malam sebelumnya.

“Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri membuka percakapan.

Lalu ia mengeluarkan daftarnya, banyak sekali yang ditulisnya, ada sekitar 3 halaman.
Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya. Ia memperhatikan airmata suaminya mulai menetes dengan sendrinya di pipinya.

“Maaf, apakah aku harus berhenti?” tanyanya kepada sang suami.

“Oh tidak, lanjutkan” jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar dari catatannya. lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia kepada sang suami.

“Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu” tentang kekuranganku.

Dengan suara lembut perlahan suaminya berkata kepada Istrinya yang berada dihadapanya, menanti sebuah kata apa
yang akan dikatakan sang suami.

 “Aku tak mencatat sesuatupun di kertasku ini”.

“Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu.Engkau adalah dirimu sendiri,
 Engkau cantik dan baik bagiku.Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang, kau sempurna bagiku.
 Bagiku kaulah Istriku, bagaikan seorang Bidadari yang di anugerahkan tuhan
 kepadaku, untuk melengkapi segala kekurangan dalam diriku”.

Sang istri tersentak kaget dan merasa tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya.
Bahwa suaminya menerimanya apa adanya selama ini. Ia menunduk dan menangis.


Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.
Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita?

Kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk. Cinta tak pernah memandang kekurangan orang yang kita sayangi dan kita cintai.
Cinta hanya akan membawa kebahagian dan saling berbagi untuk memahami kekurangan masing-masing dan mencintai dengan apa adanya.


Cinta tak pernah menyakiti, yang sebenarnya adalah menambah kedewasaan dan cara berpikir kita untuk memandang hidup, sebagai karunia Tuhan yang terbaik..

0 komentar:

Posting Komentar