Suatu hari nanti..
anak-cucu ku pasti kan bertanya setiap hari
”jika negeri ini pernah besar dan jaya,
mana bukti kebesarannya?”
”mana istana raja ku yang agung itu?”
yang katanya, dinding-dinding istananya putih kemilau
terbuat dari campuran telur, tepung, dan lempung
yang berpayung bumbung menjulang hingga ke langit
rajaku, sang perkasa alam
rajaku, sang mahkota alam
mana bukti kebesarannya?
apakah ia ada di halaman belakang rumah kita?
di bawah perdu pohon ketapang yang menua?
ada balairung megah di depan istana
tinggi menjulang menghadap samudra
ada balai cermin yang berkilau licin
berdiri angkuh dikelilingi ribuan lilin
negeri ku dulu negeri yang makmur sentosa
negeri kaya yang berkuasa,
separuh nusantara, hingga malaka
semuanya pun pernah ku baca dalam sejarah
pusat peradaban, pusat kebudayaan
negeriku ada di garda paling depan
pusat tamaddun dan pengetahuan
semuanya ada di negeriku yang mapan
ribuan tentara gajah, ribuan kapal armada
semuanya rajaku punya
tak ada yang paling berkuasa
selain rajaku, sultan yang maha gagah
tapi
mana bukti kebesarannya?
apakah ia ada di halaman belakang rumah kita?
di bawah perdu pohon ketapang yang menua?
ada juga cerita, tentang sang ratu yang cantik tiada tara
tinggal di istana yang indah bagaikan surga
ada sungai mengalir dari bawah kamarnya
airnya jernih berbatu intan dan permata
sang ratu begitu di puja dan di manja
hanya terlelap seperti lautan yang tak terenangi
tak ada yang bisa menyapanya
kecuali dayang bijak pilihan raja
gelang tangannya menjuntai hingga ke kaki
gelang kakinya menyisir hingga ke tubir
ada mutiara yang melekat erat di telinganya
bila berjalan, dua dayang mengusung rambut jurainya
ah.. kau pasti akan terus bertanya
“jika negeri ini pernah besar dan jaya,
mana bukti kebesarannya”?
“mana istana raja ku yang maha megah”?
”mana tentara-tentara gajah yang ditakuti penjajah”?
”mana armada-armada yang berjaya di tujuh samudra”?
aku kan menjawabnya
“ia ada di halaman belakang rumah kita”
“di bawah perdu pohon ketapang yang menua”
dan kau pun akan kembali bertanya
“sekarang, di mana perdu pohon ketapang tua itu”?
Minggu, 01 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar